Jumat, 27 Maret 2009

YangUnik Dari Lombok

Yang Unik dari Lombok

senja di senggigiCIANJUR – Lombok memiliki keunikan tersendiri. Banyak produk seni budaya dan kerajinan yang khas daerah ini. Mulai dari kerajinan tembikar, kayu, mutiara, peci, serta kain tenun. Selain itu aneka rupa makanan khas juga kita jumpai disini seperti plecing kangkung, ayam goreng/bakar Taliwang, sambel beberok, dodol nangka, jeli rumput laut, madu dan susu kuda liar. Yang tak kalah menarik adalah tempat-tempat wisata eksotis menyerupai Bali seperti Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air, Batu Bolong, Pantai Senggigi, Pantai Tanjung Aan, Pantai Kuta, serta rumah adat Sasak. Berikut ini beberapa kekhasan yang sempat penulis rekam dalam perjalanan selama tiga hari di Lombok.

Nyongkolan

nyongkolanMerupakan tradisi masyarakat Lombok ketika pasangan pengantin dengan menggunakan baju pengantin diarak menuju tempat orangtua pengantin perempuan sambil berjalan kaki. Sebelum masuk pelaminan, pemuda Lombok biasa ‘menculik’ anak gadis yang disukainya. Jika orangtua si gadis setuju dengan pemuda yang akan menikahi anaknya, ia akan memberi tanda dengan cara membasuh kaki pemuda tersebut dengan air sirop atau air kelapa. Sementara jika ia tidak setuju disimbolisasikan dengan membasuh menggunakan air tajin (air nanakan beras). Jika orangtua gadis tersebut menolak tetapi si pemuda tetap ngotot untuk menikahinya, orangtua si gadis biasanya menetapkan mahar yang tinggi untuk melepas anaknya. Ini sebagai jaminan agar anaknya diperlakukan secara baik.

Dalam pergaulan dengan lawan jenis, dikalangan wanita Lombok terutama remajanya juga dikenal istilah ‘pandai menipu’. Maksudnya, wanita Lombok dikenal memiliki banyak pacar, karena itu ia harus pandai-pandai menyiasati diri agar tidak ketahuan oleh pacar lelakinya yang lain. Malah ada anggapan kalau pacarnya hanya satu berarti tidak laku dan tidak dihormati (untuk masalah ini, penulis masih belum yakin benar apakah memang sudah menjadi tradisi disana atau tidak, karena istilah ini penulis dapatkan dari tour guide yang memang asli orang Sasak –pen).

Cidomo

cidomoAdalah alat angkutan yang ditarik oleh seekor kuda. Mirip dokar atau delman di Jawa. Namun yang membedakan adalah roda yang digunakan menggunakan ban bekas dan tempat penumpangnya didisain beratap khusus yang terbuat dari kayu, besi dan kadang-kadang dilengkapi dengan kaca. Cidomo merupakan singkatan dari Cikar, Dokar dan Motor. Tarifnya relatif murah untuk sekali jalan sekitar Rp 2.000, akan tetapi tarif ini akan melambung tinggi jika kita menaikinya di daerah-daerah wisata. Cidomo sangat nyaman kita naiki sambil mengitari kota Mataram yang masih banyak dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua bersejarah.

Plecing Kangkung

plecing kangkungMerupakan makanan khas Sasak sebagai teman nasi dan lauk-pauk. Plecing kangkung terdiri dari rebusan kangkung muda, ditambah kacang tanah dan rebusan toge, disertai dengan ramuan parutan kelapa dan sambel tomat. Disajikan terpisah dan tidak diaduk. Rasanya asam-asam pedas. Akan terasa nikmat jika dimakan saat nasi masih mengepul panas.

Ayam Goreng Taliwang

aygor taliwangAyam goreng ini sangat terkenal di Lombok, padahal asalnya dari pulau Sumbawa. Ayam goreng Taliwang merupakan ayam goreng khas disana. Ayamnya memang dipilih secara khusus. Bentuknya kecil-kecil seperti merpati dan diternakkan secara khusus. Tidak sembarang orang bisa membudidayakannya. Ayam goreng Taliwang rasanya gurih dan sangat terasa asem asinnya. Nikmat sekali jika disantap saat masih panas. Kita akan ketagihan jika menyantapnya.

Sate Bulayak

Sate Bulayak banyak kita dapati di Taman Kota di Jalan Udayana. Saat senja tiba, para pedagang sate mulai menggelar tikar atau alas untuk para pelanggannya. Mereka berjejer sepanjang taman kota di Jalan Udayana. Jika malam tiba hampir dipastikan kawasan tersebut penuh oleh muda-mudi yang makan sate Bulayak atau sekedar minum kopi hangat. Suasana yang remang-remang, hanya disinari oleh lampu teplok atau lentera, menambah romantis kawasan tersebut. Apalagi jika malam Minggu tiba, sudah pasti kawasan tersebut macet dan kendaraan sulit untuk lewat karena terhalangi oleh ribuan motor yang parkir disepanjang jalan. Sate Bulayak terbuat dari daging sapi yang dilumuri dengan bumbu khas Lombok. Saat makan biasanya ditemani dengan lontong yang dipotong-potong.

Rumah Adat Suku Sasak

Kalau kita pergi ke Lombok, jangan lupa mampir di rumah adat suku Sasak. Ini pesan yang biasa disampaikan oleh orang Sasak saat kita mengunjungi desanya. Suku Sasak asli (yang masih memegang adat –pen) saat ini berdiam di desa Sade, Rembitan. Sebuah desa yang berjarak sekitar 35 km dari kota Mataram.

Penduduk di desa ini berjumlah 750 jiwa yang semuanya merupakan saudara. Memang di kalangan warga suku Sasak, mereka banyak menikah dengan sukunya sendiri dan sangat jarang orang Sasak menikah dengan warga diluar desa. Alasannya lebih karena pertimbangan ekonomi daripada tradisi adat. Mereka menganggap kalau menikah dengan orang diluar desa sangat mahal biaya maharnya. Sementara kehidupan ekonomi di desa tersebut sangat minim.

Kebanyakan warga suku Sasak yang tinggal di desa Sade bermata pencaharian berkebun atau membuat kerajinan kayu dan tenun. Kaum wanitanya biasanya yang bekerja keras sementara kaum prianya tidak banyak melakukan aktifitas. Wajar saja jika banyak kita temukan pekerja-pekerja wanita yang mengangkut batu atau tanah diatas kepala mereka.

Suku Sasak semuanya muslim. Makanya akan kita temukan masjid beratapkan gerabah di desa tersebut. Mereka sangat menghormati ketua adatnya (orang yang dituakan dan memiliki pengalaman yang banyak). Selain itu juga mereka sangat menghormati tuan guru (orang yang memiliki ilmu keagamaan).

lumbung padi sasakDalam membangun rumah, suku Sasak memiliki kekhasan tersendiri. Rumahnya berdinding geribik dan beratap gerabah. Sementara lantainya terbuat dari campuran tanah dan tahi sapi (maaf –pen). Kemudian digosok sekian lama sehingga seperti semen. Tahi sapi berfungsi untuk menghilangkan nyamuk dan membuat hangat rumah. Makanya di desa tersebut jarang kita dapati rumah yang berjendela. Perabotan rumah tangganya pun terbilang sederhana. Hanya ada peralatan dapur, tempat tidur, lemari, dan kadang ada televisi.

Selain rumah untuk ditinggali, mereka juga membangun gudang penyimpanan padi atau hasil panen lainnya. Bentuknya unik menjulang keatas, terbuat dari kayu dan beratapkan gerabah. Ini merupakan ciri khas bangunan di Lombok sehingga dijadikan maskot oleh pemerintah daerah setempat. Selain itu, ada juga bale pertemuan untuk tempat musyawarah atau berkumpulnya warga.

Saat ini desa Sade, Rembita, menjadi daerah tujuan wisata dan bangunannya dilindungi. Pemerintah setempat memberikan bantuan dengan membuatkan akses jalan yang mulus dan lahan-lahan parkir. Dana pun diberikan setiap tahunnya. Besarnya antara Rp 7 juta hingga Rp 25 juta.

Tanjung Aan

tanjung aanDaerah ini dikenal dengan pasir putihnya yang indah membentang sepanjang pantai selatan Lombok. Tanjung Aan dikenal juga sebagai pantai pasir merica karena bentuk pasirnya yang mirip buah merica yang belum digerus. Bentuknya bulat-bulat kecil. Anak-anak desa di Tanjung Aan suka mengumpulkannya dan dimasukkan ke dalam botol-botol untuk dijual ke wisatawan lokal maupun mancanegara. Mereka menawarkan harga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per botolnya. Namun untuk menghindari pengambilan besar-besaran pasir pantai, pemerintah daerah setempat mulai menerapkan larangan untuk menambang pasir untuk kepentingan komersil. Pemda menancapkan papan larangan disepanjang pantai Tanjung Aan.

Tanjung Aan juga dikenal sebagai daerah penghasil rumput laut di Lombok. Tak heran jika disepanjang pantai kita dapati banyak petani rumput laut sedang memanen hasilnya di pinggir-pinggir pantai kemudian mereka menjemurnya di lahan-lahan terbuka.

Batu Bolong

Batu BolongBatu Bolong merupakan kawasan wisata berbentuk pura diatas batu karang berlubang yang menjorok ke bibir pantai. Selain menjadi obyek wisata, pura Batu Bolong juga masih menjadi tempat sembahyang umat Hindu Lombok. Saat mengunjunginya penulis melihat upacara sembahyang yang dilakukan umat Hindu sedang berlangsung di sore hari. Turis mancanegara sering mengunjungi tempat ini karena lokasinya yang strategis berdekatan dengan jalan raya Senggigi. Saat masuk ke dalam pura para pengunjung diminta untuk mengenakan tali terbuat dari kain berwarna kuning. Katanya sebagai syarat untuk memasuki sebuah pura. Hal yang sama juga penulis alami saat mengunjungi pura Uluwatu di Bali. [imngrh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar